Assalamualaikum wr.wb
Pada artikel ini akan membahas tentang organisasi yang
berdiri pada masa radikal/nonkooperasi (1920-1930). Dimana pada masa ini
berdiri Organisasi seperti Partai Komunis Indonesia(PKI), Perhimpunan Indonesia
(PI), dan Partai Nasional Indonesia (PNI).
Perhimpunan
Indonesia Dan Manifesto Politik
Pada tahun 1908 di Belanda berdiri sebuah organisasi yang
bernama Indische Vereeniging.
Pelopor pembentukan organisasi ini adalah Sutan Kasayangan Soripada dan RM Noto Suroto. Para mahasiswa lain yang terlibat pada organisasi ini adalah R.Pandji Sosrokartono, Gondowinoto, Notodiningrat, Abdul Rivai, Radjiman Wediodiningrat, dan Brentel. Tujuan dibentuknya Indische Vereeniging adalah untuk memajukan kepentingan bersama dari orang-orang yang berasal dari Indonesia. Kedatangan tokoh-tokoh Indische Partij seperti Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat,sangat mempengaruhi perkembangan Indische Vereeniging. Masuk konsep “Hindia Bebas” dari Belanda, dalam pembentukan negara Hindia yang diperintah oleh rakyatnya sendiri.
Perasaan anti-kolonialisme semakin menonjol setelah ada seruan presiden Amerika Serikat Woodrow Wilson tentang kebebasan dalam menentukan nasib sendiri pada negara-negara terjajah (the right of self determination). Dalam upaya berkiprah lebih jauh, organisasi ini memiliki media komunikasi yang berupa majalah Hindia Poetra. Pada rapat umum bulan januari 1923, Iwa Kusumasumantri sebagai ketua baru memberikan penjelasan bahwa organisasi yang sudah dibenahi ini mempunyai tiga asas pokok yang disebut juga Manifesto Politik, yaitu:
Pelopor pembentukan organisasi ini adalah Sutan Kasayangan Soripada dan RM Noto Suroto. Para mahasiswa lain yang terlibat pada organisasi ini adalah R.Pandji Sosrokartono, Gondowinoto, Notodiningrat, Abdul Rivai, Radjiman Wediodiningrat, dan Brentel. Tujuan dibentuknya Indische Vereeniging adalah untuk memajukan kepentingan bersama dari orang-orang yang berasal dari Indonesia. Kedatangan tokoh-tokoh Indische Partij seperti Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat,sangat mempengaruhi perkembangan Indische Vereeniging. Masuk konsep “Hindia Bebas” dari Belanda, dalam pembentukan negara Hindia yang diperintah oleh rakyatnya sendiri.
Perasaan anti-kolonialisme semakin menonjol setelah ada seruan presiden Amerika Serikat Woodrow Wilson tentang kebebasan dalam menentukan nasib sendiri pada negara-negara terjajah (the right of self determination). Dalam upaya berkiprah lebih jauh, organisasi ini memiliki media komunikasi yang berupa majalah Hindia Poetra. Pada rapat umum bulan januari 1923, Iwa Kusumasumantri sebagai ketua baru memberikan penjelasan bahwa organisasi yang sudah dibenahi ini mempunyai tiga asas pokok yang disebut juga Manifesto Politik, yaitu:
1.
Indonesia ingin menentukan nasib sendiri
2.
Agar dapat menentukan nasib sendiri, bangsa
Indonesia harus mengandalkan kekuatan dan kemampuan sendiri
3.
Dengan tujuan melawan Belanda bangsa Indonesia
harus bersatu.
Kegiatan Indische Vereeniging semakin tegas dan radikal,dan
telah berkembang kearah politik. Sejalan dengan semakin meluasnya pemakaian
nama Indonesische, dirasa perlu untuk mengubah nama organisasi menjadi Indonesische Vereeniging pada tahun
1924. Majalah Hindia Poetra pun ikut berubah nama menjadi Indonesia Merdeka. Melalui
rapat pada tanggal 3 februari 1925 akhirnya Indonesische Vereeniging diganti
menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). Semboyan “Indonesia Merdeka” sudah menjadi selogan meskipun mengatakannya
dengan bahasa Belanda. Melalui media “Indonesia
Merdeka” dan kegiatan Internasional, dunia Internasional mengetahuai
aktivitas perjuangan para pemuda Indonesia. Berikut ini kegiatan-kegiatan
Internasional yang diikuti oleh PI.
1.
Mengikuti kongres ke-6 Liga Demokrasi
Internasional untuk perdamaian di Paris pada tahun 1926. Delegasi Perhimpunan
Indonesia dipimpin oleh Mohammad Hatta.
2.
Mengikuti kongres I Liga Penentang Inperialisme
dan Penindasan Kolonial di Berlin pada tahun 1927, mengiring Mohammad Hatta,
Nasir Pamuncak, Batot, dan Achmad Subardjo.
Dalam perjalanannya Perhimpunan Indonesia mengalami tekanan
dari Pemerintah Belanda, lebih-lebih setelah terjadi Pemberontakan PKI pada
tahun 1926. Pengawasan dilakukan semakin ketat. Meskipun demikian, pada tanggal
25 Desember 1926 Semaun dan Mohammad Hatta menandatangani suatu kesepakatan
yang dikenal sebagai konvensi Hatta-Semaun. Dalam kesepakatan itu ditekankan
pada upaya Perhimpunan Indonesia tetap pada garis perjuangan kebangsaan yang
diharapkan PKI dengan ormas-ormasnya tidak menghalang-halangi Perhimpunan
Indonesia dalam mewujudkan cita-citanya. Cita-cita Perhimpunan Indonesia
tertuang dalam 4 pokok ideologi dangan memerhatikan masalah sosial, ekonomi
dengan menempatkan kemerdekaan sebagai tujuan politik yang dikembangkan sejak
tahun 1925. Keempat pokok ideologi tersebut adalah kesatuan nasional,
solidaritas, nonkooperasi, dan swadaya.
Itulah sejarah mengenai Organisasi Perhimpunan Indonesia
yang berdiri pada masa radikal/nonkooperasi. Semoga artikel ini bisa bermanfaat
dan mohon maaf apabila terdapat kesalahan pada artikel ini. Terima kasih
Wassalamualaikum wr.wb
No comments:
Post a Comment
Silahkan berikan komentar anda