Sunday 23 August 2015

Sejarah " Faktor INTERN Timbulnya Pergerakan Nasional"

Assalamualaikum wr.wb
Sebagai pemula artikel ini ditunjukan untuk pelajar atau khalayak ramai untuk bisa menambah referensi dan pengetahuan tentang sejarah. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Langsung saja, artikel ini membahas tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Pergerakan Nasional Di Indonesia.
Faktor yang mempengaruhi timbulnya pergerakan nasional di indonesia yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
1.     FAKTOR INTERN
a.      Sejarah Masa Lampau Yang Gemilang
Indonesia sebagai bangsa telah mengalami zaman nasional yaitu pada zaman kerajaan majapahit dan sriwijaya. Kedua kerajaan tersebut, terutama majapahit memainkan peranan sabagai negara nasional yang wilayahnya hampir meliputi seluruh Nusantara. Kebesaran ini membawa pikiran dan angan-angan bangsa Indonesia untuk senantiasa dapat menikmati kebesaran itu. Hal ini dapat menggugah nasionalisme golongan terpelajar pada dekade awal abad XX.
b.      Penderitaan Rakyat Akibat Penjajahan
Bangsa indonesia mengalami masa penjajahan yang panjang dan menyakitkan sejak masa portugis. Politik devide at impera, monopoli perdagangan, sistem tanam paksa, dan kerja rodi merupakan bencana bagi rakyat indonesia. Penderitaan itu menjadikan rakyat indonesia muncul kesadaran nasionalismenya dan mulai memahami pentingnya menggalang persatuan. Atas prakarsa para kaum intelektual, persatuan itu dapat diwujudkan melalui perjuangan yang bersifat modern. Perjuangan tidak lagi menggunakan kekuatan senjata tetapi dengan menggunakan organisasi-organisasi pemuda.
c.       Pengaruh Perkembangan Pendidikan Barat Di Indonesia
Perkembangan pendidikan pada masa Hindia Belanda tidak dapat dipisahkan dari politik etis. Ini berarti bahwa terjadinya perubahan di negeri jajahan(Indonesia) banyak dipengaruhi oleh keadaan yang terjadi di negeri Belanda. Tekanan datang dari Partai Sosial Demokrat yang didalamnya ada van Deventer. Pada tahun 1899, Mr.Courad Theodore van Deventer melancarkan kritikan-kritikan tajam terhadap pemerintahaan penjajahan Belanda. Kritikan itu dimuat dalam jurnal Belanda, de Gids dengan judul Een eereschuld yang berarti hutang budi atau hutang kehormatan. Dalam tulisan tersebut dijelaskan bahwa kekosongan kas negeri belanda telah dapat terisi kembali berkat pengorbanan orang-orang indonesia. Oleh karena itu, Belanda telah berhutang budi kepada rakyat Indonesia. Untuk iti harus dibayar dengan peningkatan kesejahteraan melalui gagasanya yang dikenal dengan Trilogi Van Deventer. Politik yang diperjuangkan dalam rangka  mengadakan kesejahteraan rakyat dikenal dengan nama politik etis. Untuk mendukung pelaksanaan polotik etis, pemerintahan belanda mencanangkan politik Asosiasi dengan semboyan Unifikasi. Politik asosiasi berkaitan dengan sikap damai dan menciptakan hubungan harmonis antara barat(Belanda) dan timur(Rakyat Pribumi). Dalam bidang pendidikan, tujuan belanda semula adalah untuk mendapatkan tenaga kerja atau pegawai murahan dan mandor-mandor yang dapat membaca dengan gaji yang murah. Untuk kepentingan tersebut Belanda mendirikan sekolah-sekolah rakyat pribumi. Dengan demikian, jelaslah bahwa pelaksanaan politik etis tidak terlepas dari kepentingan pemerintahan Belanda. Sistem pengajaran kolonial dibagi dalam dua jenis yaitu pengajaran pendidikan umum dan pengajaran kejuruan. Keduanya diselenggarakan untuk tingkat menengah ke atas.

Munculnya sistem pendidikan kolonial ketika itu tidaklah berbanding lurus dengan kepentingan mencerdaskan kehidupan bangsa indonesia. Orientasi hasil pendidikan dirancang untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga bagi Hindia Belanda. Setelah dilaksanakan politik etis. Banyak lembaga pendidikan mulai berdiri. Namun , ada beberapa hambatan masuk sekolah. Seperti berikut:
·         Adanya perbedaan warna kulit
·         Sistem pendidikan yang dikembangkan disesuaikan dengan status sosial masyarakat (Eropa Timur Asing atau Bumi putera)
·         Bagi kelompok bumi putera masih dibedakan oleh status keturunan(bangsawan priayi, rakyat jelata)
Pendidikan kolonial pada abad ke-20 tumbuh cukup banyak terdiri atas beberapa tngkat berikut:
1)      Pendidikan Dasar
·         ELS(Europese legerschool) dan HIS(Holandsch Inlandschool) untuk keturunan indonesia asli golongan atas. Marupakan sekolah kelas satu.
·         Sekolah kelas dua, untuk golongan indonesia asli kelas bawah.
2)      Pendidikan Tingkat Menengah
·         HBS (Hogere Burger School), MULO dan AMS
·         Sekolah kejuruan
3)      Pendidikan Tinggi
·         Pendidikan Tinggi Teknik (koninklijk instituut voor hoger technisch ondewijs nederlandsch indie)
·         Sekolah Tinggi Hukum
·         Sekolah Tinggi kedokteran berkembang sejak dari nama sekolah dokter jawa STOVIA NIAS dan GHS
·         Sekolah pelatihan untuk kepala atau penjabat pribumi.
d.      Pengaruh Perkembangan Pendidikan Islam Di Indonesia
Pekembangan pendidikan di indonesia juga banyak diwarnai oleh pendidikan yang dikelola umat islam. Ada tiga jenis macam pendidikan islam di indonesia yaitu pendidikan di surau atau langgar, pesantren, dan madrasah. Walaupun dasar pendidikan dan pengajarannya berlandaskan ilmu pengetahuan agama islam, mata pelajaran umumnya mulai disentuh. Usaha pemerintah kolonial belanda untuk memecah belah dan kristeninasi tidak mampuh meruntuhkan moral dan iman para santri. Tokoh-tokoh pergerakan nasional dan pejuang muslim pun bermunculan dari lingkungan ini. Banyak dari mereka menjadi penggerak dan tulang punggung perjuangan kemerdekaan. Rakyat indonesia mayoritas adalah kaum muslim ternyata merupakan salah satu unsur penting untuk menumbuhkan semangat nasinalisme indonesia. Para pemimpin nasional yang bercorak islam akan sangat mudah untuk memobilisasi kekuatan islam dalam membangun kekuatan bangsa.
Assalamualaikum wr.wb
Artikel ini merupakan kelanjutan dari pembahasan fakto-faktor intern timbulnya pergerakan nasional bangsa indonesia.
e.      Pengaruh Perkembangan Pendidikan Kebangsaan Di Indonesia
Berkembangnya sistem pendidikan barat  melahirkan golongan terpelajar. Adanya Diskriminasi dalam pendidikan kolonial dan tidak adanya kesempata bagi pribumi untuk mengenyam pendidikan, mendorong kaum terpelajar untuk mendirikan sekolah untuk kaum pribumi. Sekolah ini juga dikenal sebagai sekolah kebangsaan sebab bertujuan untuk menanamkan rasa nasionalisme dikalangan rakyat dan mencetak generasi penerus yang terpelajarnya dan sadar akan nasib bangsanya. Selain itu sekolah terbuka bagi semua masyarakat pribumi dan tidak membedakan dari kalangan manapun. Tokoh-tokoh pribumi yang mendirikan sekolah kebangsaan antara lain Ki Hajar Dewantara mendirikan taman siswa, Douwes Dekker mendirikan Ksatrian school, dan Moh. Syafei mendirikan perguruan Indonesisch Nederlandsche school Kayu Taman (INS Kayu Taman).
f.        Dominasi Ekonomi Kaum Cina Di Indonesia
kaum pedagang keturunan nonpribumi, khususnya kaum pedagang Cina semakin membuat kesal para Pedagang Pribumi. Puncak kekesalan kaum pedagang pribumi terjadi ketika keturunan Cina mendirikan perguruan sendiri yakni Tionghoa Hwee Kwan pada tahun 1901. Kekesalan tersebut diciptakan oleh belanda untuk menimbulkan rasa iri hati rakyat indonesia kepada keturunan Cina. Cina diberikan kesempatan untuk menguasai bisnis eceran, pertokoan, dan menjadi kolektor pajak dari pemerintah Belanda. Akibatnya kaum cina menjadi lebih agresif. Peristiwa itu membangkitkan persatuan yang kokoh diantara sesama pedagang pribumi untuk menghadapi secara bersama pengaruh dari pedagang cina.
g.      Peranan Bahasa Melayu
Disamping mayoritas beragama islam, bangsa indonesia juga memiliki bahasa pergaulan umum (Lingua Franca) yakni Bahasa Melayu. Dalam perkembangannya, bahasa melayu berubah menjadi bahasa persatuan nasional indonesia. Dengan posisi sebagai bahasa pergaulan, bahasa melayu menjadi sarana penting untuk mensosialisasikan semangat kebangsaan dan nasionalisme ke seluruh pelosok indonesia.
h.      Istilah Indonesia Sebagai Identitas Nasional
Istilah ‘Indonesia’ berasal dari kata India (bahasa latin untuk Hindia) dan kata nesos (bahasa yunani untuk kepulauan), sehingga kata Indonesia berarti kepulauan Hindia. Istilah Indonesia, Indonesisch dan Indonesier makin tersebar luas pemakaianya setelah banyak dipakai oleh kalangan ilmuan seperti G.R Logan, Adolf Bastian, van Vollen Hoven, Snouck Hurgronje, dan lain-lain.

itulah pembahasan mengenai faktor-faktor INTERN timbulnya pergerakan Nasional di Indonesia. semoga artikel ini dapat bermanfaat, terima kasih

Wassalamualaikum wr.wb

No comments:

Post a Comment

Silahkan berikan komentar anda